Disain Busana Muslim: Makin Inovatif

JIKA dicermati, tren rancangan busana muslim di Indonesia kini makin inovatif. Para desainer yang memfokuskan pada pembuatan rancangan busana muslim semakin kreatif dalam menggali inspirasi untuk menghasilkan karya yang fresh, unik dan beda.
Tak kurang dari Ketua Umum Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Taruna K Kusmayadi memberikan pujian. “Saat pertama diperkenalkan ke publik di era 1970-an, busana muslim masih punya stereotip negatif. Dianggap mewakili kaum muslim yang konservatif. Namun sekarang busana muslim justru menjadi gaya hidup wanita Indonesia,” ujar Taruna saat mengomentari busana rancangan Merry Pramono yang dipamerkan di depan warawan di Cascade Lounge, Hotel Mulia, Jakarta, baru-baru ini.
Desainer yang kerap disapa Nuna ini menilai ke depan, pagelaran busana muslim harus semakin digalakkan. Di peragaan busana di Hotel Mulia kali ini koleksi yang disajikan para desainer memang tampil variatif, inovatif, juga segar. Tidak hanya pada warna, tapi juga model maupun detail.
“Tiga puluh tahun lalu, saat busana muslim masuk ke belantika mode Indonesia, keberadaannya masih dipandang sebelah mata. Penggunanya dianggap gagap mode. Desainer yang serius menggarap busana muslim pun bisa dihitung jari,” tandasnya.
Sekarang, dengan cepat busana muslim beradaptasi. Menyerap tren yang berlaku di medan mode kontemporer. Hasilnya, wardrobe para muslimah pun semakin variatif. Apalagi para perancang rajin mengulik cutting dan pola, mengadaptasi teknik baru serta bereksperimen dengan material. Hasilnya era baru busana muslim. Segar, inovatif, muda, sekaligus kontemporer.
Tahun ini, tren busana muslim tidak terlalu jauh berbeda dengan tahun lalu. Masih dipengaruhi sentuhan Victorian yang ekstravagan. Hal ini juga masih menjadi cerminan sisi feminin seorang muslimah. Karenanya, aksen frills, ruffles, pita, renda masih menguasai catwalk. Pun dengan penggunaan warna-warna aristokrat yang sejalan dengan citra elegan abad pertengahan.
“Tahun 2008 ini adaptasi bentukan busana Timur Tengah, India, Korea, dan Romawi memberi alternatif baru yang cukup menyegarkan. Tunik India dengan panjang hingga mata kaki yang dipadu sari menjadi pilihan banyak desainer. Begitu juga dengan kaftan serta abaya Timur Tengah. Sementara, aksen draperi yang kerap menghiasi gaun wanita Romawi muncul sebagai detail manis. Mengimbangi payet dan kristal yang sebelumnya merajai pasar,” paparnya. (yon)

Bahan Busana Muslim
Bahan-bahan lembut layaknya sifon, satin, dan sutra tetap menjadi primadona. Sesekali diselingi katun maupun bahan kaus yang menjadi pernyataan kasual. Selain itu, para desainer memberi alasan, kedua bahan tersebut selain simpel juga nyaman digunakan.
Sayangnya, kini banyak desainer terjebak tren. Mereka menggarap koleksinya berdasarkan tren yang berlaku. Bukannya menciptakan sesuatu yang bisa melahirkan tren baru. Akibatnya, konsumen bisa bosan dan memilih beralih gaya. Apalagi, saat ini busana kontemporer tengah menawarkan koleksi praktis dengan garis rancangan simpel dan minim detail.